BADUY - BANTEN INDONESIA
Wonderful Indonesia - Baduy Banten |
Wonderful Indonesia - Baduy Banten |
Wonderful Indonesia - Baduy Banten |
KumpulanSejarah.com - Sejarah Asal-Usul Adanya Suku Baduy Atau Kanekes - Suku Baduy atau Kanekes merupakan suatu kelompok masyarakat Sunda, terletak di Lebak, Banten. Sebutan "Baduy"
merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok
masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan
masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah
karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara
dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai
urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka,
atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang
Cibeo.
Suku Baduy Atau Kanekes |
Menyimak cerita rakyat khususnya di wilayah Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak umumnya sewilayah Banten maka Suku Baduy berasal dari 3 tempat sehingga baik dari cara berpakaian, penampilan serta sifatnya pun sangat berbeda
I. Berasal dari Kerajaan Pajajaran / Bogor
Konon pada sekitar abad ke XI dan XII Kerajaan Pajajaran menguasai seluruh tanah Pasundan yakni dari Banten, Bogor, priangan samapai ke wilayah Cirebon, pada waktu itu yang menjadi Rajanya adalah PRABU BRAMAIYA MAISATANDRAMAN dengan gelar PRABU SILIWANGI.
Kemudian pada sekitar abad ke XV dengan masuknya ajaran Agama Islam yang dikembangkan oleh saudagar-saudagar Gujarat dari Saudi Arabia dan Wali Songo dalam hal ini adalah SUNAN GUNUNG JATI dari Cirebon, dari mulai Pantai Utara sampai ke selatan daerah Banten, sehingga kekuasaan Raja semakin terjepit dan rapuh dikarenakan rakyatnya banyak yang memasuki agama Islam. Akhirnya raja beserta senopati dan para ponggawa yang masih setia meninggalkan keraan masuk hutan belantara kearah selatan dan mengikuti Hulu sungai, mereka meninggalkan tempat asalnya dengan tekad seperti yang diucapkan pada pantun upacara Suku Baduy “ Jauh teu puguh nu dijugjug, leumpang teu puguhnu diteang , malipir dina gawir, nyalindung dina gunung, mending keneh lara jeung wiring tibatan kudu ngayonan perang jeung paduduluran nu saturunan atawa jeung baraya nu masih keneh sa wangatua”
I. Berasal dari Kerajaan Pajajaran / Bogor
Konon pada sekitar abad ke XI dan XII Kerajaan Pajajaran menguasai seluruh tanah Pasundan yakni dari Banten, Bogor, priangan samapai ke wilayah Cirebon, pada waktu itu yang menjadi Rajanya adalah PRABU BRAMAIYA MAISATANDRAMAN dengan gelar PRABU SILIWANGI.
Kemudian pada sekitar abad ke XV dengan masuknya ajaran Agama Islam yang dikembangkan oleh saudagar-saudagar Gujarat dari Saudi Arabia dan Wali Songo dalam hal ini adalah SUNAN GUNUNG JATI dari Cirebon, dari mulai Pantai Utara sampai ke selatan daerah Banten, sehingga kekuasaan Raja semakin terjepit dan rapuh dikarenakan rakyatnya banyak yang memasuki agama Islam. Akhirnya raja beserta senopati dan para ponggawa yang masih setia meninggalkan keraan masuk hutan belantara kearah selatan dan mengikuti Hulu sungai, mereka meninggalkan tempat asalnya dengan tekad seperti yang diucapkan pada pantun upacara Suku Baduy “ Jauh teu puguh nu dijugjug, leumpang teu puguhnu diteang , malipir dina gawir, nyalindung dina gunung, mending keneh lara jeung wiring tibatan kudu ngayonan perang jeung paduduluran nu saturunan atawa jeung baraya nu masih keneh sa wangatua”
Artinya : jauh tidak menentu yang tuju ( Jugjug ),berjalan tanpa ada tujuan, berjalan ditepi tebing, berlindung dibalik gunung, lebih baik malu dan hina dari pada harus berperang dengan sanak saudara ataupun keluarga yang masih satu turunan “
Keturunan ini yang sekarang bertempat tinggal di kampong Cibeo ( Baduy Dalam ) dengan cirri-ciri : berbaju putih hasil jaitan tangan ( baju sangsang ), ikat kepala putih, memakai sarung biru tua ( tenunan sendiri ) sampai di atas lutut, dan sipat penampilannya jarang bicara ( seperlunya ) tapir amah, kuat terhadap Hukum adat, tidak mudah terpengaruh, berpendirian kuat tapi bijaksana.
II. Berasal dari Banten Girang/Serang
Menurut cerita yang menjadi senopati di Banten pada waktu itu adalah
putra dari Prabu Siliwangi yang
bernama Prabu Seda dengan gelar Prabu Pucuk Umun setelah Cirebon dan
sekitarnya dikuasai oleh Sunan Gunung Jati, maka beliau mengutus
putranya yang bernama Sultan Hasanudin bersama para prajuritnya untuk
mengembangkan agama Islam di wilayah Banten dan sekitarnya. Sehingga
situasi di Banten Prabu Pucuk Umun bersama para ponggawa dan prajurutnya
meninggalkan tahta di Banten memasuki hutan belantara dan menyelusuri
sungai Ciujung sampai ke Hulu sungai , maka tempat ini mereka sebut
Lembur Singkur Mandala Singkah yang maksudnya tempat yang sunyi untuk
meninggalkan perang dan akhirnya tempat ini disebut GOA/ Panembahan Arca
Domas yang sangat di keramatkan.
Keturunan ini yang kemudian menetap di kampung Cikeusik ( Baduy Dalam )
dengan Khas sama dengan di kampong Cikeusik yaitu : wataknya keras,acuh,
sulit untuk diajak bicara ( hanya seperlunya ), kuat terhadap hukum
Adat, tidak mudah menerima bantuan orang lain yang sifatnya pemberian,
memakai baju putih ( blacu ) atau dari tenunan serat daun Pelah, iket
kepala putih memakai sarung tenun biru tua ( diatas lutut ).
III. Berasal dari Suku Pangawinan ( campuran )
Yang dimaksud suku Pengawinan adalah dari percampuran suku-suku yang
pada waktu itu ada yang berasal dari daerah Sumedang, priangan, Bogor,
Cirebon juga dari Banten. Jadi kebanyakanmereka itu terdiri dari
orang-orang yang melangggar adat sehingga oleh Prabu Siliwangi dan Prabu
Pucuk Umun dibuang ke suatu daerah tertentu. Golongan inipun ikut
terdesak oleh perkembangan agama Islam sehingga kabur terpencar
kebeberapa daerah perkampungan tapi ada juga yang kabur kehutan
belantara, sehingga ada yang tinggal di Guradog kecamatan Maja, ada yang
terus menetap di kampong Cisungsang kecamatan Bayah, serta ada yang
menetap di kampung Sobang dan kampong Citujah kecamatan Muncang, maka
ditempat-tempat tersebut di atas masih ada kesamaan cirikhas tersendiri.
Adapun sisanya sebagian lagi mereka terpencar mengikuti/menyusuri
sungai Ciberang, Ciujung dan sungai Cisimeut yang masing-masing menuju
ke hulu sungai, dan akhirnya golongan inilah yang menetap di 27
perkampungan di Baduy Panamping ( Baduy Luar ) desa Kanekes kecamatan
Leuwidamar kabupaten Lebak dengan cirri-cirinya ; berpakaian serba
hitam, ikat kepala batik biru tua, boleh bepergian dengan naik
kendaraan, berladang berpindah-pindah, menjadi buruh tani, mudah diajak
berbicara tapi masih tetap terpengaruh adanya hukum adat karena merekan
masih harus patuh dan taat terhadap Hukum adat.
Dari Suku Baduy panamping pada tahun 1978 oleh pemerintah
diadakan proyek PKMT ( pemukiman kembali masyarakat terasing ) yang
lokasinya di kampung Margaluyu dan Cipangembar desa Leuwidamar kecamatan
Leuwidamar dan terus dikembangkan oleh pemerintah proyek ini di kampung
Kopo I dan II, kampung Sukamulya dan kampung Sukatani desa
Jalupangmulya kecamatan Leuwidamar .
Suku Baduy panamping yang telah dimukimkan inilah yang
disebut Baduy Muslim, dikarenakan golongan ini telah memeluk agama
Islam, bahkan ada yang sudah melaksanakan rukun Islam yang ke 5 yaitu
memunaikan ibadah Haji.
Kini sebutan bagi suku Baduy terdiri dari :
1. Suku Baduy Dalam yang artinya suku Baduy yang berdomisili di Tiga Tangtu ( Kepuunan ) yakni Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana.
2. Suku Baduy Panamping artinya suku Baduy yang bedomisili di luar
Tangtu yang menempati di 27 kampung di desa Kanekes yang masih
terikatoleh Hukum adat dibawah pimpinan Puuun ( kepala adat ).
3. Suku Baduy Muslim yaitu suku Baduy yang telah dimukimkan dan telah
mengikuti ajaran agama Islam dan prilakunya telah mulai mengikuti
masyarakat luar serta sudah tidak mengikuti Hukum adat.
Adapun sebutan siku Baduy menurut cerita adalah asalnya dari kata Badui,
yakni sebutan dari golongan/ kaum Islam yang maksudnya karena suku itu
tidak mau mengikuti dan taat kepada ajaran agama Islam, sedangkan
disaudi Arabia golongan yang seperti itu disebut Badui maksudnya
golongan yang membangkang tidak mau tunduk dan sulit di atur sehingga
dari sebutan Badui inilah menjadi sebutan Suku Baduy.
0 komentar:
Posting Komentar
dari artikel di atas ada yang mau ditanyakan?